Powered By Blogger

Sudut Kreatif

Tuesday, June 2, 2009

as Sajjad


Malam sudah larut, dinihari sudah hampir. Angin dingin sahara berhembus dalam kesepian. Bukit-bukit batu, rumah-rumah tanah, pepohonan semua tak bergerak; berdiri kaku seperti rangkaian silhuet. Tapi di tengah masjidil Haram, seorang pemuda berjalan memutari Ka’bah. Usai thawaf, ia berdiri di pintu Ka’bah sambil bergantung pada tirainya. Matanya menatap langit yang sunyi. Tak seorang pun berada di situ, kecuali Thawus Al-Yamani yang menceritakan peristiwa itu kepada kita. Thawus mendengar pemuda itu merintih:

Tuhanku, gemintang langit-Mu telah tenggelam

Semua mata makhluk-Mu telah tertidur

Tapi Pintu-Mu terbuka lebar

Buat pemohon kasih-Mu

Aku datang menghadap-Mu

Memohon ampunan-Mu

Kasihi daku

Perlihatkan padaku wajah kakekku Muhammad saw

Pada mahkamah hari kiamat

(Kemudian ia menangis)

Demi kemuliaan dan kebesaran-Mu

Maksiatku tidaklah untuk menentang-Mu

Kala kulakukan maksiat

Kulakukan bukan karena meragukan-Mu

Bukan karena mengabaikan siksa-Mu

Bukan karena menantang hukum-Mu

Kulakukan karena pengaruh hawa nafsuku

Dan karena kauulurkan tirai untuk menutupi aibku

Kini siapakah yang akan menyelamatkan aku

Dari azab-Mu

Kepada tali siapa aku harus bergantung

Kalau Kau putuskan tali-Mu

Malang nian daku kelak

Ketika bersimpuh di hadapan-Mu

Kala si ringan dipanggil: Jalanlah

Kala si berat dipanggil: Berangkatlah

Aku tak tahu

Apatah aku berjalan dengan si ringan

Atau berangkat dengan si berat

Duhai celakalah aku

Bertambah umurku, bertumpuk dosaku

Tak sempat aku bertobat kepada-Mu

Sekarang aku malu menghadap Tuhanku

(Ia menangis lagi)

Akankah Kau bakar diriku dengan api-Mu

Wahai tujuan segala kedambaan

Lalu, kemana harapku ke mana cintaku

Aku temui-Mu

Degan memiliki amal buruk dan hina

Di antara segenap makhluk-Mu

Tak ada orang sejahat aku

(Ia menangis lagi)

Mahasuci Engkau

Engkau dilawan seakan-akan engkau tiada

Engkau selalu pemurah

Seakan-akan Engkau tak pernah dilawan

Engkau curahkan kasih-Mu pada makhluk-Mu

Seakan-akan Engkau memerlukan mereka

Padahal Engkau, duhai Junjunganku

Tak memerlukan semua itu.

Kemudian ia merebahkan diri bersujud. Thawus bercerita: Aku dekati dia. Aku angkat kepalanya dan kuletakkan pada pangkuanku. Aku menangis sampai airmataku membasahi pipinya. Ia bangun dan berkata, “Siapakah yang mengganggu dzikirku?” Aku berkata, “Aku Thawus, wahai putra Rasulullah.” Untuk apa segala rintihan ini? Kamilah yang seharusnya berbuat seperti ni, karena hidup kami bergelimang dosa. Sedangkan ayahmu Husain bin Ali, ibmu Fathimah Az-Zahra dan kakekmu Rasulullah Saw.”

Ia memandangku seraya berkata, “Keliru, kau Thawus. Jangan sebut-sebut perihal ayahku, ibuku, dan kakekku. Allah menciptakan surga bagi yang menaati-Nya dan berbuat baik, walaupun ia hanya hamba sahaya dari Habsyi. Ia menciptakan neraka buat yang melawan-Nya walaupun ia bangsawan Quraisy. Tidakkah engkau dengar firman Allah –Ketika sangkakala ditiup, tidaklah ada hubungan lagi di antara mereka hari itu dan tidak saling meminta tolong. Demi Allah esok tidak ada yang bermanfaat selain amal saleh yang telah engkau lakukan.

Imam Ali Zainal Abidin adalah Imam keempat dalam rangkaian Imam Ahlulbayt dan terkenal dengan As-Sajjad, yang banyak bersujud.
Powered By Blogger