Ketika Rasulullah Saww datang ke Madinah, seorang ibu menawarkan anaknya. “Ya Rasulullah. Ini anakku ingin aku serahkan padamu. Biarkan ia berkhidmat untukmu.” Katanya. Anak itu namanya Anas bin Malik, kemudian menjadi pelayan Nabi bertahun – tahun. Anas adalah orang Anshar, penduduk pribumi Madinah. Tentu banyak pengalaman hidupnya bersama Nabi. Salah satu diantaranya dikisahkan sebagai berikut:
“Pada suatu hari Rasulullah Saww mendapat hadiah, panggang burung (makanan yang lezat dan langka). Ia berdoa: Ya Allah, datangkan kepadaku makhluk yang paling Engkau cintai dan juga paling dicintai Nabi-Mu, supaya ia memakan hidangan ini bersamaku. Setelah itu datanglah Ali bin Abi Thalib kw meminta izin untuk berjumpa dengan Nabi. Kataku : Nabi sedang sibuk. Ali pergi, tetapi sesaat kemudian ia kembali lagi. Aku katakan padanya bahwa Nabi sedang sibuk. Pada kali yang ketiga, Ali kembali meminta izin menemui Nabi. Hampir saja aku mengatakan hal yang sama, tetapi dari dalam terdengar suara Nabi “Hai Abdul Hasan (gelar Ali), mengapa lama betul engkau tidak menemuiku.” Kata Ali : “Sudah tiga kali aku datang, tapi Anas selalu menolakku.” Ketika Rasulullah menegurku, aku menjawab: “aku dengar doamu tadi, aku ingin yang datang itu orang dari kaumku (Anshar).” Kata Nabi: “Seringkali orang terseret oleh kecintaan pada kaumnya.” (H.R. Al-Hakim, Lihat Usud al-Ghabah 4:30). Fanatisme golongan, kecintaan pada kelompok, seringkali membutakan orang untuk melihat kebenaran pada kelompok lain. “…Janganlah menjadi orang – orang musyrik. Yaitu, golongan yang memecah belah agamanya menjadi beberapa golongan: tiap golongan merasa senang akan apa yang ada pada mereka.” (Al-Rum : 31-32).
"Bundel al-Tanwir" Yayasan Muthahhari.